Senin, 13 Januari 2020

Tema 6 sub tema 1 pb 5,6

Tema 6 sub tema 1 pb 5,6

Kelas IV A
Hari : Senin
Tanggal 13 Januari 2020
Bahasa Indonesia
Siswa mampu menjelaskan makna yang terkandung dalam puisi
PKn
Siswa mengidentifikasi keragaman kegiatan dalam masyarakat
SBdP
Siswa mengidentifikasi tempo dan tinggi rendahnya nada dalam lagu

Bahasa Indonesia
Puisi diklasifikasikan menurut masa penciptaannya oleh penyair. Terdapat dua kategori puisi yang secara umum sering digunakan sebagai metode penentuan jenis puisi. Puisi lama dan puisi baru adalah dua jenis puisi yang dikategorikan dari masa pembuatannya serta struktur teknisnya. Terdapat satu jenis puisi lain yaitu puisi kontemporer yang menjadi kategori bentuk puisi paling bebas saat ini.

1. Puisi Lama (hingga tahun 1920-an)

Puisi lama adalah puisi yang secara fisik masih terikat oleh aturan penciptaan. Aturan penciptaan yang dimaksud meliputi:
  • Jumlah kata dalam satu baris
  • Jumlah baris dalam satu bait (± 4 baris)
  • Memiliki rima (persajakan) Rima adalah bentuk pengulangan bunyi yang timbul oleh huruf atau kata dalam larik dan bait.
Contoh :
  • Berderai-derai
  • Terapung-apung
  • Mendesah-desah
Ketiga kata tersebut mengalami bentuk pengulangan bunyi kata dasar derai, apung, dan desah.
Jumlah suku kata pada tiap baris
Memiliki irama
Beberapa jenis sajak yang termasuk dalam puisi lama antara lain :
1.1. Mantra
Mantra adalah sebuah kata atau ucapan-ucapan pada masa lampau yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Biasanya mantra diungkapkan oleh seseorang yang dipercaya oleh kelompok masyarakat tertentu untuk digunakan sebagai media penyembuhan penyakit dan semacamnya.
Contoh mantra :
a. Mantra pengobat sakit perut
Gelang-gelang si gali-gali
Malukut kapada padi
Air susu keruh asalmu jadi
Aku sapa tidak berbunyi
b. Mantra mengobati dari gangguan makhluk halus
Sirih lontar pinang lontar
Terletak di ujung bumi
Setan buta jembalang buta
Aku sapa tidak berbunyi
c. Mantra berburu rusa
Sirih lontar pinang lontar
Terletak di ujung muara
Hantu buta jembalang buta
Aku angkat jembalang rusa
1.2. Pantun
Pantun (baca : jenis jenis pantun) adalah bentuk puisi lama yang memiliki sajak a-b-a-b , setiap baris berisi 8 -12 suku kata. Dua baris awal pada pantun merupakan sampiran (pengantar), sedangkan dua baris berikutnya disebut isi. Setiap bait berisi empat baris.
Contoh pantun :
  • Berakit-rakit ke hulu
    Berenang-renang ke tepian
    Bersakit- sakit dahulu
    Bersenang-senang kemudian
  • Asam kandis asam gelugur
    Ketiga asam si riang-riang
    Menangis mayat di pintu kubur
    Teringat badan tidak sembahyang
  • Tumbuh merata pohon tebu
    Pergi ke pasar membeli daging
    Banyak harta miskin ilmu
    Bagai rumah tidak berdinding
1.3. Karmina
Karmina adalah bentuk pantun yang sangat pendek. Karmina sering disebut sebagai pantun kilat. Terdiri atas dua larik, yang pada larik pertama disebut sampiran, sedangkan larik kedua disebut isi.
Contoh karmina :
  • Ikan lele beli di pasar
    Persoalan sepele jangan diumbar
    Tiada umat sepandai Nabi
    Tuntunlah ilmu sebelum mati
  • Air panas di dalam panci
    Kurang pantas memuji diri
    Gelatik mematuk ubi
    Cantik itu yang berbudi
  • Tari saman indah gerakkannya
    Tanda iman lapang dadanya
1.4. Seloka
Seloka adalah bentuk pantun yang saling berkaitan. Seloka merupakan bagian dari puisi Melayu Klasik yang berisis nasihat. Biasanya seloka ditulis dalam dua atau empat baris, terkadang juga ditulis dalam enam baris. Seloka termasuk dalam puisi bebas.
Contoh seloka :
  • Sudah bertemu kasih sayang
    Duduk terkurung malam siang
    Hingga setapak tiada renggang
    Tulang sendi habis berguncang
  • Baik budi emak si Randang
    Dagang lalu ditanakkan
    Tiada berkayu rumah diruntuhkan
    Anak pulang kelaparan
    Anak dipangku diletakkan
    Kera di hutan disusui
1.5. Gurindam
Gurindam merupakan bentuk puisi lama yang memiliki ciri-ciri didalamnya terdapat bait yang terdiri dari dua baris, memiliki sajak a-a-a-a. Gurindam banyak memuat nasihat kehidupan. Oleh sebab itu, pada masa lalu masyarakat Melayu khususnya sering menggunakan gurindam sebagai media menasihati generasi penerusnya.
Contoh Gurindam :
  • Pikir dahulu sebelum berkata
    Supaya terelak silang sengketa
  • Apabila anak tak dilatih
    Jikalau besar bapaknya letih
  • Kurang pikir kurang siasat
    Tentu dirimu kelak tersesat
  • Pekerjaan marah jangan dibela
    Nanti hilang akal di kepala
  • Tanda orang yang amat celaka
    Aib dirinya tiada disangka
1.6. Syair
Syair adalah puisi yang berciri khas nasihat atau cerita pada tiap baitnya, bersajak a-a-a-a, berisi empat baris dalam satu bait. Keempat baris tersebut mengandung maksud penyair.
Contoh syair :
  • Berkatalah dengan sopan
    Rajinlah belajar sepanjang masa
    Ilmu tiada pernah habis dieja
    Sebagai bekal sepanjang usia
  • Ilmu didapat tiada cepat
    Mesti sabar hatinya kuat
    Semoga Tuhan berikan rahmat
    Maka jaga hati serta niat
  • Serta pandang api itu menjulang
    Rasanya arwahku bagaikan hilang
    Dijilatnya rumah-rumah dan barang-barang
    Seperti anak ayam disambar elang
1.7. Talibun
Talibun (pantun genap) adalah jenis pantun yang terdiri dari bilangan genap (6, 8, 10) baris pada tiap satu baitnya.
Contoh talibun :
  • Sehabis dahan dengan ranting
    Dikupas di kulit batang
    Teras pengubar barulah nyata
    Setinggi-tinggi melanting
    Membumbung ke awing-awang
    Baliknya ke tanah Jawa
  • Orang Padang memintal benang
    Disusun baru dilipat
    Dilipat baru dipertiga
    Kalau direntang malah panjang
    Elok dipintal agar singkat
    Begitu pula kasih kita
  • Pergi merantau jauh ke negri seberang
    Janganlah lalai membawa perbekalan berupa makanan
    Jika tersesat di perjalanan ingatlah peta yang kau bawa
    Serta jangan malu mendatangi orang untuk bertanya
    Jika engkau berbuat baik kepada semua orang
    Niscaya kebaikan pula yang akan engkau dapatkan
    Sudahlah engkau kan dapat pahala
    Di dunia pun engkau akan hidup bahagia

2. Puisi Baru (tahun 1920- sekarang)

Puisi baru adalah puisi yang tidak lagi memiliki keterikatan terhadap aturan penulisan seperti puisi lama. Dapat dikatakan puisi baru memiliki gaya penulisan yang bebas, baik pada baris, suku kata, maupun rima. Beberapa jenis sajak yang termasuk dalam puisi baru diantaranya adalah balada; himne; ode; epigram; romansa; elegi; satire; distikon; terzina; kuatrain; kuint; sektet; septima; oktaf; sonata. Pada penjelasan berikut akan diuraikan jenis jenis puisi baru tersebut.
2.1. Balada
Balada adalah puisi baru yang menggambarkan cerita, terdiri dari 3 bait, dengan masing-masing 8 larik, berima a-b-a-b-b-c-c-b kemudian beralih rima a-b-a-b-b-c-b-c.
Contoh balada :
Balada Orang-orang Tercinta
W.S Rendra
  • Kita bergantian menghirup asam Batuk dan lemas terceruk Marah dan terbaret-baret Cinta membuat kita bertahan dengan secuil redup harapan Kita berjalan terseok-seok Mengira lelah akan hilang di ujung terowongan yang terang Namun cinta tidak membawa kita memahami satu sama lain Kadang kita merasa beruntung Namun harusnya kita merenung Akankah kita sampai di altar Dengan berlari terpatah-patah Mengapa cinta tak mengajari kita Untuk berhenti berpura-pura? Kita meleleh dan tergerus Serut-serut sinar matahari Sementara kita sudah lupa rasanya mengalir bersama kehidupan Melupakan hal-hal kecil yang dulu termaafkan
    Mengapa kita saling menyembunyikan Mengapa marah dengan keadaan? Mengapa lari ketika sesuatu membengkak jika dibiarkan? Kita percaya pada cinta Yang borok dan tak sederhana Kita tertangkap jatuh terperangkap Dalam balada orang-orang tercinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar