Senin, 18 November 2019

Tema 5 sub tema 2 Pb 1

Tema 5 sub tema 2 Pb 1

Kelas IV A
Tanggal 18 November 2019
Tema 5 Sub tema 2 Pb 1
IPS
Pagi itu, Ternate berduka. Jasad Sultan Khairun Jamil diangkat dari lautan dalam kondisi mengenaskan. Tampak beberapa luka tusukan melubangi raga penguasa Ternate itu. Pangeran Baab, sang putra mahkota, membopong sendiri jenazah ayahnya sembari berucap dalam hati: dendam harus dituntaskan!
Sehari sebelumnya, 25 Februari 1570, Sultan Khairun datang tanpa pengawalan ketat ke Benteng Sao Paulo milik Portugis yang hanya berjarak sekitar 5 kilometer istananya. Sang sultan sama sekali tidak mengira bahwa undangan perdamaian dari Gubernur Portugis di Ternate, Lopez de Mesquita, itu ternyata jebakan dan berujung petaka.
Seperti yang direncanakan, de Mesquita mengajak Sultan Khairun berbincang. Tanpa diduga, Antonio Pimental yang tidak lain adalah keponakan gubernur, perlahan mendekat dari belakang dan dengan cepat menusukkan kerisnya. Sultan Khairun tersungkur bersimbah darah. Tubuhnya dibuang ke laut malam itu juga.
De Mesquita rupanya tak sadar, tindakan liciknya itu akan membawa kehancuran yang mengerikan bagi Portugis.

Dendam Sang Penerus

Beberapa jam setelah jasad Sultan Khairun ditemukan, para pejabat tinggi istana dan para pemuka masyarakat segera bersepakat untuk menobatkan sang putra mahkota. Pangeran Baab pun resmi menjadi penguasa Kesultanan Ternate dengan gelar Sultan Baabullah Datu Syah.
Saat itu juga di atas singgasananya, Sultan Baabullah bersumpah akan membalaskan dendam sang ayah dan mengusir bangsa penjajah. Ia tidak akan berhenti berperang sebelum orang Portugis terakhir pergi dari wilayah kerajaannya (Djokosurjo, Agama dan Perubahan Sosial, 2001:126).
Sang sultan baru tak main-main. Strategi tempur segera dirancang. Tak cuma berniat menghancurkan lawan di area sekitar Ternate saja, ia juga bertekad menghabisi orang-orang Portugis yang ada di seluruh Kepulauan Maluku. Ambon, Seram, Bacan, Banggai, Buton, Luwik, Sula, Halmahera, hingga Celebes dikondisikan untuk menyiapkan serangan besar-besaran.
Tak hanya itu, Sultan Baabullah juga meminta bantuan Makassar, Jawa, hingga Melayu (Sumatera), untuk bersama-sama melenyapkan kaum kolonialis dari bumi Maluku. Sultan mengobarkan Perang Soya-Soya atau perang pembebasan negeri dengan menyiapkan 2000 armada perahu tempur beserta lebih dari 120.000 prajurit.
Sejak 1571, pos-pos Portugis di berbagai tempat dihancurkan. Benteng penjajah pun satu per satu dapat direbut, dari Fort Tolocce, Santo Lucia Fortress, hingga Santo Pedro, tinggal Sao Paulo yang tersisa. Baabullah memang sengaja tidak langsung menyerang benteng yang didiami de Mesquita sekaligus lokasi pembunuhan ayahnya itu.
Sultan Baabullah menerapkan strategi pengepungan untuk Sao Paulo dengan menutup semua akses, baik jalan maupun distribusi bahan makanan yang dibatasi dalam jumlah tertentu. Benteng yang dibangun pada 1525 ini memang berlokasi tidak jauh dari pusat kesultanan dan termasuk ke dalam wilayah ibukota Ternate (Bambang Budi Utomo, Warisan Bahari Indonesia, 2016:157).
Pengepungan Benteng Sao Paulo berlangsung selama 5 tahun. Selama itu pula, orang-orang Portugis yang tinggal di dalamnya merasakan penderitaan yang teramat sangat dengan segala keterbatasan karena tidak bisa menjalin hubungan dengan dunia luar.
Sultan Baabullah akhirnya memberi kesempatan kepada para penghuni benteng untuk pergi dari wilayah Ternate dalam waktu 24 jam. Sementara bagi mereka yang sudah beristrikan wanita lokal boleh tetap tinggal tapi harus mengabdi kepada kerajaan.
Setelah 15 Juli 1575, Ternate telah bersih dari orang-orang Portugis. Pamor Portugis di Ternate dan sebagian besar Kepulauan Maluku runtuh total. Kekuasaan Sultan Baabullah kini mencapai puncaknya (Vlekke, Bernard H.M., Nusantara: Sejarah Indonesia, 2008:114).
IPA
Pengertian Pemantulan Cahaya
Coba kalian amati meja, kursi, papan tulis atau gambar yang tertempel di dinding kelas kalian! Kebanyakan benda-benda tersebut tidak terkena sinar matahari secara langsung, tetapi kalian tetap bisa melihatnya. Hal ini dikarenakan cahaya mempunyai sifat dapat dipantulkan. Pantulan cahaya tersebut mengenai benda-benda di dalam ruang kelas sehingga dapat masuk ke mata kalian.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa pemantulan atau refleksi cahaya adalah proses terpancarnya kembali cahaya dari permukaan benda yang terkena cahaya.

Peristiwa pemantulan cahaya juga dapat kalian amati ketika kalian sedang berkaca di depan cermin. Di area cermin tentunya kalian dapat melihat wajah atau tubuh kalian sendiri, ini terjadi karena cahaya memiliki sifat dapat dipantulkan. Lalu tahukah kalian pada saat bercermin itu terjadi beberapa kali proses pemantulan?
Prosesnya adalah seperti ini, misalnya kalian sedang bercermin di malam hari. Pertama, cahaya dari lampu listrik rumah kalian mengenai permukaan wajah kemudian wajah kalian memantulkan cahaya tersebut ke cermin. Kedua, cermin memantulkan kembali cahaya tersebut ke mata sehingga kalian dapat melihat wajah kalian sendiri.

Macam-Macam Pemantulan 
Ditinjau dari segi arah sinar pantul atau bentuk permukaan benda yang memantulkan cahaya, maka terdapat dua jenis pemantulan yaitu pemantulan baur (diffuse reflection) dan pemantulan teratur (specular reflection). Lalu apa beda keduanya? Perhatikan gambar berikut ini.

 Pemantulan baur (difus) adalah pemantulan cahaya yang terjadi pada pemukaan benda yang tidak rata, di mana berkas sinar (cahaya) pantulnya mempunyai arah yang tidak teratur (baur). Contohnya, pemantulan cahaya pada tembok, kayu, batu, tanah dan sebagainya. Pemantulan baur dapat mendatangkan keuntungan sebagai berikut.








1) Tempat yang tidak terkena cahaya secara langsung masing bisa terlihat terang.
2) Berkas cahaya pantulnya tidak menyilaukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEMA 4 SUB TEMA 4 PB 4

  Hari/Tanggal     : Jumat, 22 Nopember 2024 Good morning my student.... Tabik pun ,,,!! Apa kabar anak sholeh sholehah bu Yulina, alhamdul...